Halo UC Onlier, salam entrepreneur.
Saya Nur Agustinus. Kali ini saya akan membawakan materi tentang teori efektuasi.
Apa itu efektuasi? Saya akan bawakan berdasarkan buku yang saya bawa ini, berjudul
Effectual Entrepreneurhip. Teori efektuasi ini diperkenalkan oleh Saras. D. Sarasvathy,
seorang peneliti entrepreneurhip dari Amerika Serikat.
Apa itu berpiki efektual? Lawan dari berpikir efektual adalah berpikir kausal. Jadi
begini, kalo saya terangkan, misalnya suatu contoh, ketika seorang ibu ditanya, “Hendak
memasak apa hari ini?”, kemudian ibu itu bepikir, “Saya ingin memasak
soto ayam”. Lalu setelah punya ide soto ayam itu, ibu itu akan mecari bahan-bahan
apa saja yang dibutuhkan untuk membuat soto ayam. Jadi dia lihat ke lemari esnya,
dia lihat ke dapurnya, dilihatnya lemari, ternyata, “Wah, daging ayamnya belum
ada, garamnya habis”, maka ibu itu harus beli. Ini berpikir secara kausal.
Berpikir secara efektual itu berbeda. Berpikir secara efektual secara sederhana
digambarkan sebagai seseorang yang melihat di lemari esnya tersedia apa, di dapurnya
ada apa, di lemarinya ada apa, dari sana kemudian dikumpulkan bahan-bahan yang dimiliki,
lalu bisa membuat masakan apa. Tentunya ada banyak masakan yang bisa dikerjakan atau
dihasilkan dari bumbu-bumbu atau bahan-bahan yang sudah dimiliki oleh ibu tersebut.
Ini berpikir efektual.
Dengan demikian kalau kita kembali ke pertanyaan dasar yang sering diajukan oleh
orang yang ingin membuka usaha, “Saya ini cocoknya usaha apa ya?”. Sebetulnya
yang paling tahu adalah dirinya sendiri karena kalau misalnya kemudian dia diberi
tahu oleh orang lain, “Kamu itu cocoknya bisnis dibidang ini, misalnya, atau
di bidang itu”, maka dia akan berusaha mencari, melengkapi apa yang kurang.
Padahal kalau dia misalnya tahu apa yang dia punya, apa yang dia sudah bisa, maka
dia sudah langsung bisa mengerjakan bisnis itu tanpa harus menunda-nunda. Ini prinsip
efektual yang paling basic, paling prinsip. Jadi artinya, berpikir dengan dari diri
sendiri. Bukan dari yang di luar kita. Selanjutnya akan kita bahas satu per satu
mengenai prinsip-prinsip dalam berpikir secara efektual ini.
Ada lima prinsip dalam teori efektuasi. Prinsip yang pertama adalah Bird In Hand.
Bird In Hand adalah ungkapan dalam lingkungan di Amerika yang berarti tentang apa
saja yang dimiliki oleh kita. Apa saja yang ada di tangan kita sebetulnya. Ini bicara
tentang tiga hal, yaitu siapa diri kita, yang kedua adalah apa yang bisa kita lakukan,
dan yang ketiga adalah siapa saja yang kita kenal. Kalau kita kembali pada hakikat
Bird In Hand ini, siapa diri kita itu bicara tentang misalnya passion saya itu apa?
Hobi saya apa? Saya ini lulusan apa? Saya itu bisa apa? Kemudian juga bisa, mungkin
saya dari keluarga apa? Itu adalah apa-apa saja, atau siapa saya.
Kemudian kita bicara juga dengan apa yang bisa kita lakukan. Yang bisa saya lakukan
misalnya, mungkin saya pernah ikut kursus tertentu, saya pernah belajar ini, belajar
itu, saya pernah misalnya sekolah sehingga saya punya keterampilan tertentu, ini
adalah apa yang bisa saya lakukan. Katakanlah saya bisa menggunakan solder untuk
elektronika, saya bisa misalnya berbahasa inggris, saya bisa mungkin katakanlah menggambar,
atau saya bisa memasak misalnya, semua ini adalah apa yang bisa kita lakukan.
Yang ketiga tadi, ini masih dalam satu prinsip yang pertama, yang ketiga adalah
siapa saja yang kita kenal, yang saya kenal. Yang saya kenal ini akan menunjang saya
sebagai modal yang bisa saya miliki. Misalnya saja saya kenal dengan teman-teman
saya, saya kenal dengan keluarga saya tentunya dalah orang-orang dekat saya. Ini
adalah modal awal dalam berusaha. Jadi jangan kita itu kalau misalnya ingin membuka
usaha, “Wah, saya tidak punya modal”, jangan. Karena modal awal itu adalah
siapa kita? Apa yang bisa kita lakukan? Dan siapa yang kita kenal. Mungkin ada banyak
usaha yang didirikan karena orang tuanya yang bisa memasak, atau istri yang bisa
membuat kue misalnya. Atau mungkin katakanlah adik yang bisa punya keahlian tertentu
sehingga membuat usaha itu menjadi berjalan dengan lancar. Jadi semua ini merupakan
bagian dari modal.
Prinsip yang kedua adalah affordable loss. Affordable loss artinya sejauh mana entrepreneur
itu siap menanggung kerugian. Setiap usaha pasti ada resiko. Resiko itu beraneka
ragam. Bisa resiko uang, resiko waktu, bisa resiko tenaga, dan sebagainya. Ketika
seseorang mau melakukan sebuah usaha, mau mengembangkan bisnisnya lebih besar lagi,
tentunya juga menghadapi resiko yang sama. Kalau kita mempertaruhkan seluruhnya dan
kemudian kita rugi, dan kemudian kita tidak bisa bangkit kembali, itu bukan seorang
entrepreneur yang sukses tentunya, tapi seorang entrepreneur yang pintar itu dia
bisa mempunyai prinsip affordable loss. Misalnya begini, kalau misalnya saja satu
juta rupiah ini saya gunakan untuk modal dan satu juta rupiah ini hilang/habis, itu
saya rela. Maka itu adalah affordable loss saya. Tapi affordable loss tiap orang
bisa berbeda-beda. Bagi orang lain mungkin satu miliar. Bagi orang lain mungkin hanya
satu juta. Bagi orang lain mungkin sepuluh juta. Ketika seseorang menanamkan uangnya
untuk investasi, untuk modal, baik itu tidak hanya uang, tenaga juga, pikiran, waktu,
maka perhitungkan affordable loss. Artinya apa? Siap rugi. Karena kita tahu bahwa
usaha itu mengahadapi situasi yang tidak pasti. Jadi, tetap punyalah mental siap
rugi dan kerugian yang bisa diterima. Ini pentingnya supaya kalaupun terjadi kerugian,
kita masih bisa bangkit karena menganggap kerugian itu masih affordable buat kita.
Prinsip yang ketiga adalah lemonade principle. Lemonade principle itu juga merupakan
ungkapan yang ada di Amerika, yaitu ketika hidup terasa seperti lemon, lemon berarti
kecut, yang rasanya kecut, buatlah menjadi lemonade. Lemonade itu limun. Seorang
entrepreneur harus bisa punya kreatifitas, harus punya mental yang tahan uji. Kalau
pun ada situasi yang tidak pasti, yang tidak enak, bisa membuatnya menjadi sesuatu
yang berguna, berpeluang bagi dia. Jadi artinya dia tetap punya cara untuk mengatasi
problem-problem yang dihadapi. Ini adalah prinsip yang ketiga. Tampaknya mungkin
sederhana, tapi ini adalah kunci yang penting. Kita tahu banyak orang mengatakan,”Di
setiap masalah ada peluang”. Tidak semua orang bisa melihat, berpikir bahwa
sebuah masalah itu adalah peluang. Entrepreneur harus bisa mengubah sesuatu yang
tidak enak ini, situasi yang tidak pasti, dia harus mengontrolnya supaya ia bisa
menghasilkan sesuatu peluang yang menguntungkan bagi dirinya. Ini adalah prinsip
yang ketiga.
Kalau kita lihat prinsip yang keempat, prinsip yang keempat adalah crazy quilt.
Crazy quilt yaitu kumpulan dari perca-perca kain yang dijahit sehingga menghasilkan
sebuah selimut yang indah. Apa maksud dari crazy quilt ini? Crazy quilt ini adalah
kemampuan seorang entrepreneur membangun network dari pihak-pihak yang lain, jadi
banyak-banyak pihak seperti pecahan-pecahan perca-perca kain ini dia kumpulkan, dia
jadikan satu sehingga berguna buat dia. Jadi kalau misalnya, saya misalnya punya
banyak teman, punya setumpuk atau sekotak kartu nama orang-orang yang pernah saya
kenal, tapi tidak pernah saya ajak bekerja sama, sebenarnya itu percuma. Seorang
entrepreneur harus bisa menjalin komitmen yang saling menguntungkan dengan orang
lain sehingga dia bisa menghubungkan salah satu orang dengan orang lain melalui dirinya
terjadi ikatan dan dia bisa mendapatkan keuntungan dari sana. Ini adalah prinsip
crazy quilt.
Yang terakhir, prinsip yang kelima adalah Pilot In The Plane. Apa maksudnya? Kita
menganggap bahwa hidup kita ini adalah sebuah pesawat dimana kita adalah pilotnya.
Maka, kita lah yang menentukan pesawat kita ini mau ke mana. Kita harus bisa mengontrol
kemana kita mau menuju. Seorang entrepreneur harus tahu. Dia harus punya determinasi,
“O, saya harus ke sana”. Maka saya harus mencapai hal itu. Jangan sampai
misalnya ada halangan, mundur. Semua ini sebetulnya membutuhkan sebuah keterampilan.
Cara berpikir yang efektual dimana kita bisa membuat diri kita itu bertindak bukan
hanya sekedar misalnya saja mengantisipasi masa depan, karena secara prinsip kita
tidak bisa meramalkan masa depan. Siapa yang tahu tentang masa depan? Tapi yang penting
adalah kita bisa mengatur diri kita untuk siap menghadapi situasi apa saja karena
situasi yang tidak menentu ini akan kita bisa atasi kalu kita pertama siap dengan
diri kita. Kita bercaya bahwa kita punya yang menjadi modal buat diri kita sendiri.
Jadi, misalnya tadi bird in hand, siapa kita, apa yang bisa kita lakukan, dan siapa
saja yang kita kenal. Ingat, jangan hanya cukup kenal, tapi cobalah menjalin kerja
sama dengan orang yang kita kenal. Untuk itu adalah baik dari hari ke hari teruslah
menimba keterampilan-keterampilan supaya kita makin banyak yang bisa kita ketahui
atau bisa kita lakukan. Demikian juga jangan lewatkan ketika bertemu dengan orang
lain, berkenalan dengan orang lain, sebab dalam pertemuan-pertemuan itu bisa saja
terjadi sebuah pertemuan yang menghasilkan peluang. Artinya apa? Saya kenal dengan
si A, saya kenal dengan si B. O, ternyata dengan si A, dengan si B ini saya bisa
mendapatkan peluang. Nah, semua ini lakukanlah dengan prinsip affordable loss karena
jangan karena sangking yakinnya, kita mempertaruhkan semuanya, akibatnya kalau gagal
maka semuanya bisa hancur.
Prinsip ini bisa di baca dalam sebuah buku yang telah saya sebutkan tadi, Effectual
Entrepreneurship. Kemuan ada juga buku yang berjudul Effectuation yang ditulis Saras
D. Sarasvathy. Teori ini memang masih relatif baru dan teori ini berangkat dari penelitian
mewawancarai sejumlah entrepreneurs yang sukses. Bahwa prinsip-prinsip ini diambil
karena mereka cara berpikirnya bukan seperti manajer yang harus ditarget, tapi mereka
bisa menghasilkan sesuatu karena mereka mempunyai modal dari dalam dirinya.
Ini adalah prinsip-prinsip efektuasi dimana kita harusnya bisa mengelola sumber
daya yang kita miliki untuk menumbuhkan usaha yang ada. Semoga yang saya sampaikan
bisa bermanfaat. Saya Nur Agustinus. Salam entrepreneur.
Sumber : T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online