Senin, 10 Maret 2014

EFFECTUAL ENTREPRENEURSHIP (PRINSIP EFEKTUASI) - Nur Agustinus

Halo UC Onlier, salam entrepreneur.
Saya Nur Agustinus. Kali ini saya akan membawakan materi tentang teori efektuasi. Apa itu efektuasi? Saya akan bawakan berdasarkan buku yang saya bawa ini, berjudul Effectual Entrepreneurhip. Teori efektuasi ini diperkenalkan oleh Saras. D. Sarasvathy, seorang peneliti entrepreneurhip dari Amerika Serikat.
Apa itu berpiki efektual? Lawan dari berpikir efektual adalah berpikir kausal. Jadi begini, kalo saya terangkan, misalnya suatu contoh, ketika seorang ibu ditanya, “Hendak memasak apa hari ini?”, kemudian ibu itu bepikir, “Saya ingin memasak soto ayam”. Lalu setelah punya ide soto ayam itu, ibu itu akan mecari bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan untuk membuat soto ayam. Jadi dia lihat ke lemari esnya, dia lihat ke dapurnya, dilihatnya lemari, ternyata, “Wah, daging ayamnya belum ada, garamnya habis”, maka ibu itu harus beli. Ini berpikir secara kausal.
Berpikir secara efektual itu berbeda. Berpikir secara efektual secara sederhana digambarkan sebagai seseorang yang melihat di lemari esnya tersedia apa, di dapurnya ada apa, di lemarinya ada apa, dari sana kemudian dikumpulkan bahan-bahan yang dimiliki, lalu bisa membuat masakan apa. Tentunya ada banyak masakan yang bisa dikerjakan atau dihasilkan dari bumbu-bumbu atau bahan-bahan yang sudah dimiliki oleh ibu tersebut. Ini berpikir efektual.

Dengan demikian kalau kita kembali ke pertanyaan dasar yang sering diajukan oleh orang yang ingin membuka usaha, “Saya ini cocoknya usaha apa ya?”. Sebetulnya yang paling tahu adalah dirinya sendiri karena kalau misalnya kemudian dia diberi tahu oleh orang lain, “Kamu itu cocoknya bisnis dibidang ini, misalnya, atau di bidang itu”, maka dia akan berusaha mencari, melengkapi apa yang kurang. Padahal kalau dia misalnya tahu apa yang dia punya, apa yang dia sudah bisa, maka dia sudah langsung bisa mengerjakan bisnis itu tanpa harus menunda-nunda. Ini prinsip efektual yang paling basic, paling prinsip. Jadi artinya, berpikir dengan dari diri sendiri. Bukan dari yang di luar kita. Selanjutnya akan kita bahas satu per satu mengenai prinsip-prinsip dalam berpikir secara efektual ini.

Ada lima prinsip dalam teori efektuasi. Prinsip yang pertama adalah Bird In Hand. Bird In Hand adalah ungkapan dalam lingkungan di Amerika yang berarti tentang apa saja yang dimiliki oleh kita. Apa saja yang ada di tangan kita sebetulnya. Ini bicara tentang tiga hal, yaitu siapa diri kita, yang kedua adalah apa yang bisa kita lakukan, dan yang ketiga adalah siapa saja yang kita kenal. Kalau kita kembali pada hakikat Bird In Hand ini, siapa diri kita itu bicara tentang misalnya passion saya itu apa? Hobi saya apa? Saya ini lulusan apa? Saya itu bisa apa? Kemudian juga bisa, mungkin saya dari keluarga apa? Itu adalah apa-apa saja, atau siapa saya.

Kemudian kita bicara juga dengan apa yang bisa kita lakukan. Yang bisa saya lakukan misalnya, mungkin saya pernah ikut kursus tertentu, saya pernah belajar ini, belajar itu, saya pernah misalnya sekolah sehingga saya punya keterampilan tertentu, ini adalah apa yang bisa saya lakukan. Katakanlah saya bisa menggunakan solder untuk elektronika, saya bisa misalnya berbahasa inggris, saya bisa mungkin katakanlah menggambar, atau saya bisa memasak misalnya, semua ini adalah apa yang bisa kita lakukan.

Yang ketiga tadi, ini masih dalam satu prinsip yang pertama, yang ketiga adalah siapa saja yang kita kenal, yang saya kenal. Yang saya kenal ini akan menunjang saya sebagai modal yang bisa saya miliki. Misalnya saja saya kenal dengan teman-teman saya, saya kenal dengan keluarga saya tentunya dalah orang-orang dekat saya. Ini adalah modal awal dalam berusaha. Jadi jangan kita itu kalau misalnya ingin membuka usaha, “Wah, saya tidak punya modal”, jangan. Karena modal awal itu adalah siapa kita? Apa yang bisa kita lakukan? Dan siapa yang kita kenal. Mungkin ada banyak usaha yang didirikan karena orang tuanya yang bisa memasak, atau istri yang bisa membuat kue misalnya. Atau mungkin katakanlah adik yang bisa punya keahlian tertentu sehingga membuat usaha itu menjadi berjalan dengan lancar. Jadi semua ini merupakan bagian dari modal.

Prinsip yang kedua adalah affordable loss. Affordable loss artinya sejauh mana entrepreneur itu siap menanggung kerugian. Setiap usaha pasti ada resiko. Resiko itu beraneka ragam. Bisa resiko uang, resiko waktu, bisa resiko tenaga, dan sebagainya. Ketika seseorang mau melakukan sebuah usaha, mau mengembangkan bisnisnya lebih besar lagi, tentunya juga menghadapi resiko yang sama. Kalau kita mempertaruhkan seluruhnya dan kemudian kita rugi, dan kemudian kita tidak bisa bangkit kembali, itu bukan seorang entrepreneur yang sukses tentunya, tapi seorang entrepreneur yang pintar itu dia bisa mempunyai prinsip affordable loss. Misalnya begini, kalau misalnya saja satu juta rupiah ini saya gunakan untuk modal dan satu juta rupiah ini hilang/habis, itu saya rela. Maka itu adalah affordable loss saya. Tapi affordable loss tiap orang bisa berbeda-beda. Bagi orang lain mungkin satu miliar. Bagi orang lain mungkin hanya satu juta. Bagi orang lain mungkin sepuluh juta. Ketika seseorang menanamkan uangnya untuk investasi, untuk modal, baik itu tidak hanya uang, tenaga juga, pikiran, waktu, maka perhitungkan affordable loss. Artinya apa? Siap rugi. Karena kita tahu bahwa usaha itu mengahadapi situasi yang tidak pasti. Jadi, tetap punyalah mental siap rugi dan kerugian yang bisa diterima. Ini pentingnya supaya kalaupun terjadi kerugian, kita masih bisa bangkit karena menganggap kerugian itu masih affordable buat kita.

Prinsip yang ketiga adalah lemonade principle. Lemonade principle itu juga merupakan ungkapan yang ada di Amerika, yaitu ketika hidup terasa seperti lemon, lemon berarti kecut, yang rasanya kecut, buatlah menjadi lemonade. Lemonade itu limun. Seorang entrepreneur harus bisa punya kreatifitas, harus punya mental yang tahan uji. Kalau pun ada situasi yang tidak pasti, yang tidak enak, bisa membuatnya menjadi sesuatu yang berguna, berpeluang bagi dia. Jadi artinya dia tetap punya cara untuk mengatasi problem-problem yang dihadapi. Ini adalah prinsip yang ketiga. Tampaknya mungkin sederhana, tapi ini adalah kunci yang penting. Kita tahu banyak orang mengatakan,”Di setiap masalah ada peluang”. Tidak semua orang bisa melihat, berpikir bahwa sebuah masalah itu adalah peluang. Entrepreneur harus bisa mengubah sesuatu yang tidak enak ini, situasi yang tidak pasti, dia harus mengontrolnya supaya ia bisa menghasilkan sesuatu peluang yang menguntungkan bagi dirinya. Ini adalah prinsip yang ketiga.

Kalau kita lihat prinsip yang keempat, prinsip yang keempat adalah crazy quilt. Crazy quilt yaitu kumpulan dari perca-perca kain yang dijahit sehingga menghasilkan sebuah selimut yang indah. Apa maksud dari crazy quilt ini? Crazy quilt ini adalah kemampuan seorang entrepreneur membangun network dari pihak-pihak yang lain, jadi banyak-banyak pihak seperti pecahan-pecahan perca-perca kain ini dia kumpulkan, dia jadikan satu sehingga berguna buat dia. Jadi kalau misalnya, saya misalnya punya banyak teman, punya setumpuk atau sekotak kartu nama orang-orang yang pernah saya kenal, tapi tidak pernah saya ajak bekerja sama, sebenarnya itu percuma. Seorang entrepreneur harus bisa menjalin komitmen yang saling menguntungkan dengan orang lain sehingga dia bisa menghubungkan salah satu orang dengan orang lain melalui dirinya terjadi ikatan dan dia bisa mendapatkan keuntungan dari sana. Ini adalah prinsip crazy quilt.

Yang terakhir, prinsip yang kelima adalah Pilot In The Plane. Apa maksudnya? Kita menganggap bahwa hidup kita ini adalah sebuah pesawat dimana kita adalah pilotnya. Maka, kita lah yang menentukan pesawat kita ini mau ke mana. Kita harus bisa mengontrol kemana kita mau menuju. Seorang entrepreneur harus tahu. Dia harus punya determinasi, “O, saya harus ke sana”. Maka saya harus mencapai hal itu. Jangan sampai misalnya ada halangan, mundur. Semua ini sebetulnya membutuhkan sebuah keterampilan. Cara berpikir yang efektual dimana kita bisa membuat diri kita itu bertindak bukan hanya sekedar misalnya saja mengantisipasi masa depan, karena secara prinsip kita tidak bisa meramalkan masa depan. Siapa yang tahu tentang masa depan? Tapi yang penting adalah kita bisa mengatur diri kita untuk siap menghadapi situasi apa saja karena situasi yang tidak menentu ini akan kita bisa atasi kalu kita pertama siap dengan diri kita. Kita bercaya bahwa kita punya yang menjadi modal buat diri kita sendiri. Jadi, misalnya tadi bird in hand, siapa kita, apa yang bisa kita lakukan, dan siapa saja yang kita kenal. Ingat, jangan hanya cukup kenal, tapi cobalah menjalin kerja sama dengan orang yang kita kenal. Untuk itu adalah baik dari hari ke hari teruslah menimba keterampilan-keterampilan supaya kita makin banyak yang bisa kita ketahui atau bisa kita lakukan. Demikian juga jangan lewatkan ketika bertemu dengan orang lain, berkenalan dengan orang lain, sebab dalam pertemuan-pertemuan itu bisa saja terjadi sebuah pertemuan yang menghasilkan peluang. Artinya apa? Saya kenal dengan si A, saya kenal dengan si B. O, ternyata dengan si A, dengan si B ini saya bisa mendapatkan peluang. Nah, semua ini lakukanlah dengan prinsip affordable loss karena jangan karena sangking yakinnya, kita mempertaruhkan semuanya, akibatnya kalau gagal maka semuanya bisa hancur.

Prinsip ini bisa di baca dalam sebuah buku yang telah saya sebutkan tadi, Effectual Entrepreneurship. Kemuan ada juga buku yang berjudul Effectuation yang ditulis Saras D. Sarasvathy. Teori ini memang masih relatif baru dan teori ini berangkat dari penelitian mewawancarai sejumlah entrepreneurs yang sukses. Bahwa prinsip-prinsip ini diambil karena mereka cara berpikirnya bukan seperti manajer yang harus ditarget, tapi mereka bisa menghasilkan sesuatu karena mereka mempunyai modal dari dalam dirinya.

Ini adalah prinsip-prinsip efektuasi dimana kita harusnya bisa mengelola sumber daya yang kita miliki untuk menumbuhkan usaha yang ada. Semoga yang saya sampaikan bisa bermanfaat. Saya Nur Agustinus. Salam entrepreneur.

Sumber : T100
UCEO - Universitas Ciputra Entrepreneurship Online